M13_Latihan Soal

 Pilihan Ganda

  1. strategi menurut porter
    (b) Pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda untuk memberikan kombinasi nilai yang unik

  2. opportunities dalam SWOT
    (c) Meningkatnya daya beli masyarakat

  3. bukan bagian dari five forces
    (d) Analisis internal perusahaan

  4. tujuan PEST analysis
    (b) Faktor lingkungan makro yang mempengaruhi industri

  5. tujuan cost leadership
    (c) Menjadi produsen dengan biaya terendah di industri

  6. risiko dari dalam organisasi
    (d) Internal risk

  7. tahap setelah identifikasi risiko
    (b) Risk assessment

  8. contoh risk transfer
    (c) Membeli asuransi atau outsourcing

  9. fungsi KRI
    (b) Memberikan early warning terhadap peningkatan risiko

  10. perbedaan ERM dengan tradisional
    (c) ERM mengintegrasikan manajemen risiko ke seluruh organisasi

  11. risk score 4x3
    (b) 12

  12. kategori utama value chain
    (c) Primary dan support activities

  13. fungsi bow-tie analysis
    (b) Menganalisis penyebab dan konsekuensi risiko secara komprehensif

  14. arti blue ocean strategy
    (c) Menciptakan pasar baru yang belum ada kompetitor

  15. arti risk appetite
    (b) Tingkat risiko yang bersedia diambil untuk mencapai tujuan

  16. faktor "technological" dalam PEST
    (c) Perkembangan artificial intelligence

  17. asal risiko strategis
    (b) Keputusan strategis yang salah atau tidak tepat

  18. tujuan competitive intelligence
    (b) Mengumpulkan informasi legal tentang kompetitor untuk decision making

  19. fungsi heat map
    (c) Memvisualisasikan tingkat risiko berdasarkan probabilitas dan dampak

  20. jumlah komponen COSO ERM
    (d) 8 komponen


Essai
  1. Strategi, taktik, dan operasional merupakan tiga tingkatan dalam manajemen bisnis yang saling berhubungan. Strategi adalah rencana jangka panjang yang dirancang untuk mencapai keunggulan bersaing, misalnya strategi diversifikasi produk untuk memperluas pangsa pasar. Taktik adalah langkah jangka menengah yang lebih spesifik untuk mendukung strategi, contohnya adalah kampanye pemasaran digital untuk produk baru. Operasional merujuk pada aktivitas sehari-hari yang memastikan kelangsungan bisnis, seperti kegiatan produksi dan pengiriman barang. Ketiganya memiliki hubungan hierarkis di mana strategi menjadi arah utama, taktik menjembatani, dan operasional menjadi eksekusi di lapangan.

  2. SWOT analysis untuk industri e-commerce di Indonesia menunjukkan beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Kekuatan industri ini antara lain adalah penetrasi internet yang tinggi di kalangan masyarakat dan dukungan aktif dari pemerintah terhadap digitalisasi ekonomi. Kelemahannya mencakup infrastruktur logistik yang belum merata di seluruh wilayah serta literasi digital yang masih rendah di daerah pedesaan. Peluangnya adalah pertumbuhan kelas menengah yang semakin konsumtif dan berkembangnya tren omnichannel yang menggabungkan online dan offline. Sementara itu, ancaman datang dari regulasi yang kerap berubah serta kompetisi global dari pemain besar seperti Amazon dan Alibaba.

  3. Enterprise Risk Management (ERM) lebih efektif dibandingkan manajemen risiko tradisional karena ERM bersifat holistik dan terintegrasi ke seluruh lini organisasi, sedangkan manajemen risiko tradisional cenderung bekerja secara terpisah di setiap departemen. ERM bersifat proaktif dalam mengidentifikasi dan merespons risiko sedini mungkin, serta selaras dengan tujuan strategis perusahaan. Sebagai contoh, sebuah bank yang menerapkan ERM akan mengintegrasikan manajemen risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional dalam satu kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang konsisten dan menyeluruh.

  4. Risk appetite adalah tingkat risiko yang bersedia diambil oleh perusahaan untuk mencapai tujuan strategisnya, sedangkan risk tolerance adalah batas maksimum risiko yang dapat diterima sebelum perusahaan mengambil tindakan mitigasi. Keduanya sangat penting dalam pengambilan keputusan strategis karena membantu manajemen menilai sejauh mana risiko dapat ditoleransi tanpa membahayakan stabilitas perusahaan. Misalnya, perusahaan teknologi yang ingin masuk ke pasar baru dengan potensi tinggi mungkin menetapkan risk appetite yang lebih besar, tetapi tetap dalam batas risk tolerance yang telah ditentukan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas.

  5. Strategi cost leadership dan differentiation menurut Porter memiliki perbedaan mendasar. Cost leadership berfokus pada efisiensi biaya untuk menjadi produsen dengan biaya terendah, sehingga cocok untuk pasar yang sensitif terhadap harga. Sebaliknya, differentiation menekankan pada penciptaan produk yang unik dan bernilai tambah, sehingga lebih tepat digunakan di pasar yang menghargai kualitas atau inovasi. Cost leadership dapat mengorbankan diferensiasi, sementara differentiation bisa mengorbankan efisiensi. Contoh perusahaan yang berhasil menerapkan cost leadership adalah Indomaret, sementara Apple adalah contoh sukses untuk differentiation.

  6. Tahapan dalam risk assessment meliputi penilaian kualitatif dan kuantitatif terhadap risiko. Penilaian kualitatif melibatkan pengukuran probabilitas dan dampak secara subjektif, biasanya menggunakan skala. Penilaian kuantitatif seperti Expected Monetary Value (EMV) dan Value at Risk (VaR) memberikan hasil berbasis angka yang lebih akurat. Setelah itu dilakukan prioritisasi risiko berdasarkan skor risiko agar sumber daya dapat dialokasikan secara efektif. Tahapan ini penting karena membantu perusahaan memahami risiko mana yang paling kritis dan harus segera ditangani.

  7. Black Swan Event adalah peristiwa dengan probabilitas kejadian yang sangat rendah namun memiliki dampak yang sangat besar. Contoh nyata adalah pandemi COVID-19 dan krisis finansial global pada tahun 2008. Untuk mempersiapkan diri, perusahaan dapat melakukan perencanaan skenario ekstrem, stress testing terhadap sistem keuangan dan operasional, diversifikasi portofolio bisnis, serta membangun cadangan kas untuk ketahanan likuiditas. Business continuity planning menjadi sangat penting agar perusahaan tetap dapat beroperasi dalam kondisi darurat.

  8. Teknologi Big Data dan Artificial Intelligence (AI) dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas manajemen risiko. Big Data memungkinkan analisis terhadap volume data besar untuk mendeteksi tren dan anomali secara real-time, sedangkan AI dapat melakukan prediksi risiko dan otomatisasi proses penilaian risiko. Contohnya adalah sistem fraud detection di sektor perbankan yang menggunakan AI untuk mendeteksi transaksi mencurigakan dalam hitungan detik, atau sistem credit scoring berbasis data perilaku konsumen yang lebih akurat dibanding pendekatan tradisional.

  9. Integrasi antara strategic planning dan risk management penting untuk memastikan bahwa strategi yang diambil tidak hanya menguntungkan tetapi juga berkelanjutan dan realistis dari sisi risiko. Dengan mengadopsi pendekatan risk-informed strategy, perusahaan dapat menilai risiko yang melekat dalam setiap pilihan strategis dan menyesuaikan pendekatannya agar lebih adaptif. Contohnya adalah Astra International yang mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses perencanaan strategisnya untuk mempertimbangkan dampak eksternal seperti fluktuasi harga komoditas dan kebijakan pemerintah.

  10. COSO ERM Framework terdiri dari delapan komponen utama, yaitu Internal Environment, Objective Setting, Event Identification, Risk Assessment, Risk Response, Control Activities, Information & Communication, dan Monitoring. Komponen-komponen ini bekerja secara sinergis dalam suatu siklus yang berkelanjutan. Lingkungan internal membentuk budaya risiko organisasi, tujuan ditetapkan dengan mempertimbangkan risiko, peristiwa yang berpotensi berdampak diidentifikasi dan dinilai, lalu direspons melalui kontrol dan pemantauan berkelanjutan. Semua ini harus sejalan dengan strategi perusahaan agar ERM dapat benar-benar menciptakan nilai tambah.


Studi Kasus

PT Digital Inovasi Indonesia adalah startup fintech yang sedang mengalami pertumbuhan pesat namun menghadapi berbagai tantangan strategis. Melalui analisis SWOT, kekuatan utama perusahaan terletak pada teknologi platform yang canggih, tim yang berpengalaman di sektor fintech, dukungan finansial yang kuat dari investor, serta basis data UMKM yang besar. Namun, kelemahan mereka mencakup meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL) yang menunjukkan lemahnya manajemen risiko, belum tercapainya profitabilitas, biaya akuisisi pelanggan yang tinggi, dan ketergantungan terhadap pendanaan eksternal. Peluang bagi perusahaan termasuk pasar UMKM yang besar dan belum sepenuhnya terlayani, peningkatan digitalisasi UMKM, dukungan pemerintah terhadap inklusi keuangan, serta potensi diversifikasi ke produk finansial lainnya. Sementara itu, ancaman utama datang dari regulasi OJK yang semakin ketat, persaingan dengan bank digital dan fintech besar, potensi resesi ekonomi yang dapat menurunkan kemampuan bayar debitur, serta perubahan sentimen investor terhadap sektor fintech.

Dari sisi analisis lima kekuatan Porter, persaingan industri saat ini berada pada tingkat tinggi karena banyaknya pemain besar seperti Modalku dan KoinWorks yang telah mapan. Ancaman pendatang baru tergolong sedang karena meskipun terdapat hambatan regulasi, masuknya pemain baru masih memungkinkan. Kekuatan pemasok atau pemberi dana tergolong rendah karena tersedia berbagai sumber pendanaan, baik dari investor institusional maupun individu. Kekuatan pembeli tergolong tinggi karena UMKM sebagai peminjam memiliki banyak alternatif pembiayaan lain. Ancaman produk substitusi juga tinggi, mengingat keberadaan bank, koperasi, dan lembaga pinjaman informal yang dapat menggantikan layanan P2P lending.

Berdasarkan identifikasi risiko, terdapat delapan risiko utama yang perlu ditangani. Pertama, risiko perubahan regulasi OJK memiliki probabilitas tinggi dan dampak sangat tinggi, sehingga perusahaan perlu terus memantau dan menjalin komunikasi aktif dengan regulator untuk memastikan kepatuhan. Kedua, risiko resesi ekonomi memiliki probabilitas sedang dan dampak sangat tinggi, sehingga perlu strategi mitigasi seperti diversifikasi portofolio pinjaman dan pengetatan kebijakan kredit. Ketiga, risiko meningkatnya NPL memiliki probabilitas dan dampak yang tinggi, yang dapat direspons dengan memperbaiki model credit scoring dan memperkuat strategi penagihan. Keempat, risiko kekurangan pendanaan memiliki probabilitas sedang dan dampak sangat tinggi, yang dapat diatasi melalui diversifikasi sumber pendanaan dan pembangunan cadangan kas. Kelima, risiko kebocoran atau pelanggaran keamanan siber memiliki probabilitas sedang dan dampak tinggi, memerlukan investasi dalam infrastruktur keamanan dan pelatihan karyawan. Keenam, risiko kehilangan karyawan kunci dengan probabilitas tinggi dan dampak sedang perlu direspons melalui program retensi dan perencanaan suksesi. Ketujuh, risiko perang harga dari kompetitor memiliki probabilitas dan dampak tinggi, yang perlu dihadapi dengan penguatan proposisi nilai dan peningkatan loyalitas pelanggan. Terakhir, risiko kegagalan teknologi platform meskipun memiliki probabilitas rendah namun berdampak sangat tinggi, sehingga perlu adanya sistem redundansi dan rencana pemulihan bencana.

Dengan pendekatan strategis yang komprehensif terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta penilaian risiko yang sistematis, PT Digital Inovasi Indonesia dapat memperkuat posisinya di pasar digital lending dan meningkatkan ketahanan terhadap tekanan eksternal yang sedang dan akan dihadapi.

Komentar

Postingan Populer